Notice : Nothing special about this website, except as a place to collect and share ideas and words. Any form of feedback, suggestions, criticisms, and corrections, will not be interpreted but rather as an expression of concern. Hopefully useful, Insyaallah!.
The Extraordinary People
Allah said:
لَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ أَفَلا تَعْقِلُونَ Verily, We have sent down to you a book which (in it) are the causes of noble for you. So, do you not understand? (QS 21:10) وَإِنَّهُ لَذِكْرٌ لَكَ وَلِقَوْمِكَ وَسَوْفَ تُسْأَلُونَ And indeed, the Qur'an it really is a great noble for you and for your people, and someday you will be asked accountability. (QS 43:44) Too many of our dreams which we doubt realization So much willpower hidden behind fragile self Greedy delusions, poor action The more know, the more reluctant to do so It seemed wanted to run away from reality, but what about our self-esteem All this not about grief, anxiety, or doubt Not about hope which dims Not about the cast Also, not to entertain the losers But about life and responsibility apparently: Life is not just about willpower, determination, sincerity, and courage But also about ingenuity, foresight, agility, including cunning On behalf of the will of the time, people are willing, fight and grabbed each other For the realization of a dream, all the obstacles, whatever it is, should be cast Hunting glory while confiscation maybe: God smiled when He saw people scrambling to be the most noble Meanwhile, the noble spread widely on this earth to all who will obey |
KEGILAAN BERGUNAVirginia Woolf
Untuk menentukan normalitas periku seseorang biasanya dihubungkan dengan norma atau etika yang berlaku umum di masyarakat. Artinya untuk menentukan normal-tidaknya perilaku seseorang tidak bisa dilakukan dengan serta merta, mengingat hal tersebut berkaitan erat dengan msing-masing budaya yang memiliki cara dan ukuran berbeda dalam menentukan normal-tidaknya perilaku seseorang. Di Amerika, sikap “diam” bisa dianggap kurang sopan. Sedangkan di Timur, “diam” dianggap untuk menghormati orang yang lebih tua.
Disisi lain, terhadap orang-orang “luar biasa” yang tidak sama dengan masyarakat pada umumnya, seperti atlit, seniman atau ilmuwan yang prestasinya mendunia, dapat dipastikan tidak akan disebut sebagai bentuk ketidaknormalan ( perilaku abnormal). Mereka justru mendapatkan apresiasi, bahkan tidak jarang ditokohkan sebagai sosok idola, sebagaimana yang terjadi pada para bintang lapangan sepakbola. Namun demikian, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada mereka yang berperilaku “luar biasa” tersebut, menunjukkan adanya potensi ketidakstabilan mental dibalik prestasinya yang luar biasa tersebut. Felix Post (1994) menebitkan survey kepribadian di jurnal The British Jour-nal of Psychiatry terhadap 291 pria terkemuka dalam kurun waktu 150 tahun terakhir dari berbagai profesi, menunjukkam adanya korelasi antara keunggulan kreatif dengan ketidakstabilan mental. Potensi ancaman ketidakstabilan mental berdasarkan ketegori profesi digambarkan sebagai berikut : Ilmuwan 42,2 % Pemusik 61,6 % Negarawan 63 % Seniman 75 % Cendekiawan 74 % Pengarang 90 % Penelitian lainnya dilakukan oleh Psikiater Kay Redfield Jamison.Berdasarkan survey yang dilakukannya terhadap seniman seperti William Blake, Lord Byron, Dylan Thomas, Virginia Woolf, Ernest Hemingway, menunjukkan beberapa diantaranya pernah lama dirawat di rumah sakit jiwa, dan yang lainnnya, terutama penyair dan pengarang, mengakiri hidupnya dengan bunuh diri. Apa yang terjadi pada musisi Kurt Cobain, Jim Morrison, Jimmy Hendrix, serta sastrawan InggrisVirginia Woolf dimana hidup mereka berakhir dengan tragis, semakin memperkuat kesimpulan penelitian para ahli tersebut. Terhadap fenomena ini, MAW Brouwer dan Mira Sidharta (1989) menggambarkan dengan bagus dalam buku Kegelisahan Seorang Feminis – Sosok Virginia Woolf. Brouwer dan Sidharta mengatakan bahwa sebagaimana dunia yang terbagi atas dunia luar, yaitu dunia benda-benda dan orang-orang yang kita temui sehari-hari. Dunia batin tempat bersemayamnya khayalan dan pikiran. Dunia ketiga adalah bukan alam riil maupun khayalan. Dunia ini disebut realitas transisional, yaitu dunia permainan, kreativitas, dan kesenian. Dalam dunia ketiga itulah Virginia Woolf mendiami alam eksistensialnya. Suatu waktu kakaknya Vanessa mengeluh, bahwa ia diganti dengan suatu kepribadian khayalan hasil rekaan adiknya, dan virginia sering melihat Vanessa berdasarkan gam-baran khayalan, bukan sebagai pribadi yang nyata. Beberapa kali Virginia menderita serangan kegilaan, dan lebih dari satu kali dilaporkan melakukan percobaan bunuh diri. Badan psikis Virgnia adalah badan yang rusak. Kondisi ini menimbulkan rasa minder yang tak terhingga. Dia tidak lagi sanggup merespons lingkungannya dengan positif. Karena orang di sekitarnya tidak menghormati dia, wanita yang pernah gila. Buku yang ditulisnya bukan sekresi badan seperti keringat atau air liur. Buku dilahirkan badan fenomenal dalam suatu proses yang tidak kalah menderita dibanding dengan sakit seorang ibu yang melahirkan bayinya. Virginia sangat peka terhadap kritikan atas karyanya, namun Virginia tanpa sadar telah berusaha menyelamatkan jiwanya dengan mengarang, meskipun akhirnya harus menyerah dengan mengakhiri hidupnya terjun ke sungai Osse. Para ahli (Zohar, 2000) menyebut fenomena “abnormal” ini sebagai kegilaan berguna, bukan hanya menimbulkan penderitaan berat, tetapi juga kreativitas yang luar biasa. Perilaku FiksiBaudrillard sampai pada kesimpulan bahwa realitas telah melahap segalanya. Masyarakat melakukan peniruan secara sadar terhadap media yakni mengadopsi kepribadian karakter fiksi sebagai cara untuk mengekspresikan diri. Mereka membahas kehidupan pribadi melalui analogi dengan cerita opera sabun, dan berbincang-bincang mengutip ucapan para selebritis dan slogan-slogan iklan. Secara reflektif mereka sebenarnya sadar bahwa iklan sedang berusaha membujuk mereka untuk membeli produk-produk tertentu.
Manusia tidak lagi merasa perlu untuk membedakan yang fiksi dan yang nyata. Manusia terlanjur terbiasa hidup alam transisional, antara kesadaran permainan dan realita, antara yang tiruan dan yang asli. Mereka benar-benar tahu saat mereka dikalahkan dan termakan !. |